Pesantren Tahfidhul Qur’an Ma’unah Sari merupakan lembaga pendidikan Islam di Kota Kediri yang didirikan pada tahun 1967 M oleh Simbah KH. M. Mubassyir Mundzir bin KH. M. Imam Bachri. Nasab beliau, jika dirunut, bersambung hingga Rasulullah saw. melalui jalur Sayyidina Husain.
Secara Geografis, PTQ. Maunah Sari terletak di sebalah Barat sungaiBrantas yang beralamatkan Jl. KH. Agus Salim No. 08 Bandar Kidul, Mojoroto-Kota Kediri , Jawa Timur 64118. Pesantren ini telah berafiliasi dengan RMI (Rabithah Ma'had Al-Islamiyyah), salah satu lembaga NU (Nahdhathul Ulama) yang membidangi Asosiasi Pesantren bermanhaj Ahlussunah wal Jama'ah Annahdhiyyah.
Pada Masa Awal perkembangannya, Pesantren Ini lebih mengkhususkan pada bidang tashawwuf. Terutama mengistiqomahkan sholat berjamaah, wirid, dan dzikir. Seiring berjalannya waktu, pesantren ini pun bertransformasi menjadi Pesantren Tahfidhul Qur’an dengan hadirnya Simbah nyai Hj. Zuhriyyah Munawwir Al-Hafizhoh binti Al-Muqri Al-Hafidz KH. R. Munawwir Krapyak Yogyakarta yang menjadi istri muassis PTQ. Ma’unah Sari pada tahun 1973. Eksistensi beliau menambah corak Qur’ani dalam lingkup pesantren ini yang awalnya lebih bertendensi kepada ranah tashawwuf, namun tak memudarkan nilai-nilai spiritual tashawwuf tersebut bahkan dengan keberadaan keluarga harmonis ini menambah corak pendidikan pesantren, kualitas dan kuantitas santri PTQ. Ma’unah Sari dari waktu ke waktu
Nama Kecil : Ibnu Mundzir
Anak Ke : 5 dari 6 Bersaudara
Tempat & Tanggal Lahir : Nganjuk, 11-06-1409 H / 1919 M
Wafat : 1989 M
Ketika masih dalam kandungan ibunya, ayah Gus Ib atau Mbah Mundzir, yaitu KH. Imam Bahri, bermimpi melihat seekor macan putih yang besar, gagah, dan penuh wibawa. Mimpi tersebut diyakini sebagai gambaran tentang Mbah Mundzir di masa hidupnya. Beliau dikenal sebagai sosok ulama yang zuhud, sangat disiplin, dan tegas dalam menerapkan serta mengamalkan ajaran agama Islam. Mbah Mundzir juga dikenal sebagai ahli dalam menjaga salat selalu istiqamah melaksanakannya secara berjamaah dan tepat waktu. Pada tahun 1967, Mbah Mundzir secara resmi memangku Ma’unah Sari, yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Ma’unah Sari. Sejak beliau mulai memangku Masjid Ma’unah Sari, para santri mulai berdatangan dan secara resmi nyantri kepada beliau.
Tempat & Tanggal Lahir : Bantul, 30 April 1959
Anak Ke : 4 dari 5 bersaudara
Gus Hamid Abdul Qadir memiliki nama lengkap KH. R. Abdul Hamid bin KH. Abdul Qodir bin KH. M. Munawwir bin KH. Abdullah Rosyad bin KH. Hasan Bashori. Lahir pada tanggal 30 April 1959 M di Krapyak, Bantul, Yogyakarta. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. R. Abdul Qodir Munawwir dan Nyai Hj. R. A. Salimah Nawawi. Datuk beliau (Kyai Hasan Bashori) adalah ajudan pribadi Pangeran Diponegoro-Putra Sri Sultan Hamengkubuwana III, Raja Ngayogyakarta Hadiningrat.
Dalam urutan keluarga, KH. Abdul Hamid merupakan putra ke-empat dari lima bersaudara. Dilahirkan dari keluarga pesantren.
KH. Abdul Hamid merupakan cucu dari KH. Munawwir pendiri Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Sedangkan ayahnya, KH. Abdul Qadir adalah penerus estafet tanggung jawab KH. M. Munawwir untuk mengasuh Pesantren Al-Munawwir Krapyak. Selain itu, ayah beliau KH. Abdul Qadir juga aktif di Jam’iyyah Nahdlatul Ulama serta menjadi penasehat Jam’iyyatul Qurra’ wal-Huffazh (JQH) Pusat dan juga menjadi anggota Majelis Pentashih Al-Qur’an.
Beliau memiliki 5 saudara, mereka adalah:
Nyai Hj. Ummi Salamah-Istri KH. Mashuri Ali Umar
KH. R. Najib Abdul Qadir Munawwir-Suami Nyai Hj. Musta’anah Saniyyah binti KH. Salman Dahlawi
Nyai Hj. Munawwarah-Istri KH. Nur Hadi Abdurrahman
KH. R. Abdul Hamid Abdul Qadir-Suami Nyai Hj. Luluk Maftuhah Afdah
KH. R. Abdul Hafidz Abdul Qadir-Suami Nyai Hj. Layli Habibullah
Pada tahun 1989 tepat KH. R. Abdul Hamid Abdul Qodir berusia 30 tahun, usia yang matang untuk membina bahtera kehidupan rumah tangga. KH. R. Abdul Hamid Abdul Qodir menikah dengan putri KH. Abdullah Faqih Dahlan Malang Jawa Timur yang bernama Nyai Hj. Luluk Maftuhah yang saat itu masih berusia 20 tahun.
Dari pernikahannya, beliau dikaruniai empat putra & dua putri yang terdiri dari:
M. Baihaqi Nabilunnuha
Nabila Amalia
Khalaf Muhammad Abha
M. Mahbub Ilaahi
Naila Mumtaza
M. Hafash Al Aziz
Perjalanan intelektual KH. R. Abdul Hamid Abdul Qodir di mulai dari jenjang pendidikan formal selama 13 tahun di Krapyak, dimulai dari TK Ndasari Budi Krapyak Kulon tahun 1965 sampai 1966, SD Jageran Krapyak Kulon serta ikut Madrasah Ibtidaiyah Ponpes Krapyak Yogyakarta ketika sore harinya - tamat tahun 1972, MTs dan Aliyah Al-Munawwir dari tahun 1973 sampai tahun 1978. Pada tahun 1979 beliau meneruskan menghafal Al-Qur'an hingga khatam di Ponpes Sunan Pandan Aran Sleman Yogyakarta, asuhan paman beliau KH. Mufid Mas’ud.
Kemudian tahun 1980 beliau menambah wawasan intelektualnya di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Mojo, Kab. Kediri sebagai Santri Musyawirin hingga tahun 1985, dan juga sekaligus menjadi santri di PTQ Ma'unah Sari, Bandar Kidul, Kota Kediri. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan intelektualnya di Ponpes Raudlotul Ulum Cidahu Cadasari Pandeglang Banten Jawa Barat pada tahun 1985 sampai 1987, di bawah asuhan Abuya KH. M. Dimyati Amin.
KH. R. Abdul Hamid Abdul Qodir juga pernah menjadi Santri Khusus (kilatan) di berbagai pondok pesantren, antara lain: Pondok Kaliwungu Kendal (KH. Humaid–kitab Al-Adzkar An-Nawawi dan KH. Dimyati Rais–Sahih Muslim), Pondok Pesantren Petuk Mojo Kediri (KH. Manab/KH. Abdul Karim Fanani–kitab Al-Muwatha), Pondok Pesantren Ngunut Tulungagung (KH. Ali Shadiq–kitab Tafsir Baidlowi), Pondok Pesantren Ngrangkok Kandangan Kediri (KH. Solihin–kitab Bughyatul Mustarsyidin). Setelah belajar di Banten, KH. R. Abdul Hamid Abdul Qodir kembali ke Krapyak untuk belajar Qira'ah Sab'ah kepada kakaknya KH. R. Muhammad Najib Abdul Qodir pada tahun 1987 sampai tahun 1988. Di antara guru-guru yang telah membimbing KH. Abdul Hamid antara lain:
KH. R. M. Najib Abdul Qodir, tahun 1987 dan 1988. Guru di bidang Al-Qur'an dan Qira'ah Sab’ah
KH. Ali Maksum, tahun 1972-1978 guru dibidang tafsir dan hadis
KH. Mufid Mas'ud tahun 1979-1980, di bidang Al-Qur'an dan hadis
KH. Nurul Huda Jazuli pada tahun 1981-1985, di bidang fiqih, hadis, dan tafsir
KH. Zainuddin Jazuli pada tahun 1981-1985, di bidang nahwu dan balaghah
Abuya KH. Dimyati Amin Al Bantani pada tahun 1985-1988, pendalaman kitab kuning dan tasawuf
KH. M. Mubassyir Mundzir pada tahun 1989 sekaligus belajar riyadlah dan tasawuf
Pada tanggal 19 Januari 1989, pendiri PPTQ Ma'unah Sari KH. Mubassyir Mundzir wafat, sebelum wafat karena belum dikaruniai keturunan KH. Mubassyir Mundzir memberikan wasiat yang berkaitan dengan regenerasi pengasuh pesantren Ma'unah Sari. Sesuai dengan wasiat tongkat estafet pengasuh diamanatkan kepada KH. Abdul Hamid Abdul Qodir yang saat itu akrab di panggil Gus Hamid.
Dengan demikian, tercapailah cita-cita dari pendiri yang menginginkan PPTQ Ma'unah Sari berkembang menjadi tempat para santri ingin menghafal Al-Qur'an. Hal ini karena KH. Abdul Hamid merupakan seorang penghafal Al-Qur'an dan menguasai pula Qira'ah Sab'ah.
KH. R. Abdul Hamid Abdul Qodir mempunyai beberapa karya tulis, di antaranya:
Al Ma’unah Fii Tafsiri Surotil Fatihah
Setetes Embun Penyejuk Hati: Biografi KH. M. Mubassyir Mundzir diterbitkan oleh PPTQ Ma"unah Sari pada tahun 2002
Daftar Kandungan Al-Qur'an (terjemah dari "Subject Index of the Holy al-Qur’an" karya Dr. Fazlurrahman)
Buku Panduan Riyadloh Al-Qur’an "41 khataman", buku panduan ini berhubungan dengan program khusus di PTQ. Ma’unah Sari yang diasuhnya
Setengah Abad Kepergian Ayahanda Tercinta KH. R. Abdul Qadir Munawwir (Biografi Singkat)
Selain mengasuh pesantren, beliau juga aktif di beberapa organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, antara lain:
Salah satu pendiri: PESSAKARTA (Pergerakan Santri Seluruh Yogyakarta)
Pernah menjadi Ketua Dewan Syuro DPC PKB Kota Kediri selama dua periode
Rais Syuriah PCNU Kota Kediri tahun 2016–Sekarang
Wakil Ketua MUI Kota Kediri tahun 2021–Sekarang
Salah satu pimpinan BAZNAS Kota Kediri tahun 2021–Sekarang
Mustasyar PWNU Yogyakarta tahun 2024–Sekarang
Di samping mengasuh PPTQ Ma’unah Sari, sejak tahun 2022-Sekarang beliau juga menjadi salah satu pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta setelah kewafatan kakak beliau, KH. R. M. Najib Abdul Qodir.
Jl. KH. Agus Salim 08, Bandar Kidul, Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur.64118